banyak telaah yang dilakukan oleh para ilmuan mengenai al-Raniri. Namun, kebanyakan berkaitan dengan pemikiranya; hanya sedikit perhatian diberikan kepada konteks yang lebih luas dari lingkungan kelimuan dan peranannya dalam wanca Islam di wilayah Melayu-Indoneisa. tidak ada satu telaah pun dilakukan untuk mengkaji perubahan-perubahan keagamaan yang dihadirkannya di wilayah Melayu-Indonesia. Dalam hubgungan ini, Al-Raniri lebih sering dianggap sebagai tokoh sufi daripada seorang pebaru (mujaddid). Padahal, dia jelas merupakan salah seorang mujaddid paling penting di Nusantara dalam abad ke-17.
Nur Al-Din Muhammad b. 'Ali b. Hasanji Al-Hamid (atau Al-Humayd) Al-Sayfi'i Al-Asy'ari Al-'Asydarusi Al-Raniri dilakuakn di Ranir (modern: Ranir), sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat. Lepas dari temapat kelahiranya, Al-raniri secara umum dianggap lebih sebagai seorang alim Melayu-Indoneisa dari pada India atau Arab. Tahun kelahirannya tidak dikethaui, tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad keenam belas. Dikatakan, ibunya dalah seorang melayu, tetapi ayanya berasal dari keluarga imigran Hadhrami yang mempunyai tradisi panjang berpindah ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Kebanyakan orang Arabia Selatan ini menetap dikota-kota pelabuhan di pantai Samudera Hindia dan di wilayah kepulauan Melayu-Indonesia. Nenek moyangnya kemudian termasuk dalam keluarga Al-Hamid dari Zuhra.
No comments:
Post a Comment