Wednesday, August 31, 2016

Bupati Dedi: Saya Pernah Diisukan Dapat Anggaran Pembangunan dari Ratu Kidul

Purwakarta - Di tengah pembangunan yang begitu pesat, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, ternyata pernah mendapat cibiran dari sejumlah masyrakat. Bahkan pembangunan yang dianggap tak masuk akal karena APBD di Kabupaten Purwakarta terkecil di Jawa Barat dianggap sebagai hasil 'pemujaan' terhadap sosok misterius.

Hal itu diungkapkan Dedi saat memaparkan Strategi Pengelolaan APBD Kabupaten Purwakarta terhadap para anggota DPRD Jabar dan DPRD Kabupate/Kota se-Jabar di Aula Janaka, Kabupaten Purwakarta, Rabu (31/8/2016).

"Banyak orang yang tanya kenapa Purwakarta tidak pernah berhenti membangun padahal anggarannya kecil. Bahkan isunya karena saya seneng suasana pantai seperti Pangandaran dan Pelabuhan Ratu, dibilang saya nyandung (nikah) ke Nyi Ratu Kidul," ucapnya.

Padahal, kata Dedi, kunci pembangunan di Kabupaten Purwakarta berasal dari efisiensi dan strategi pembangunan yang terencana dengan sangat matang. Sehingga sejak awal dia menjabat periode pertama hingga periode kedua kali ini banyak pembangunan yang dianggap sebagian orang di luar nalar.

Selain itu pemberian kepercayaan penuh terhadap bawahannya agar tidak bisa diintervensi pihak internal, pihak ketiga, hingga LSM menjadi kuncian akhir agar pembangunan bisa terus berjalan tanpa hambatan.

"Dan saya dari sejak awal jadi bupati punya tradisi memeriksa setiap digit anggaran. Kalau itu dibuka satu-satu saya bisa mengefisiensikan anggaran sampai 20 persen total anggaran. Bahkan saya pernah temukan ada pengadaan dispenser dalam kegiatan sosialisasi, katanya itu untuk peserta minum teh dan kopi. Itu kan tidak masuk akal setiap sosialisasi ada pengadaan dispenser," tuturnya.

Dedi mengajak agar para anggota dewan bisa selektif mengesahkan anggaran sehingga tidak kecolongan terhadap pengadaan yang tidak logis. "Jangan asal terima buku (anggaran), terus ketok-ketok, sah. Tapi teliti, efisienkan agar dananya teralihkan pada kesejahteraan rakyat seperti gaji RT dan RW sampai infrastruktur pubik," jelas pria yang akrab disapa Kang dedi itu.

Terakhir, kata Dedi, sejak dulu dia tak pernah setuju adanya penumpukan uang anggaran di bank daerah. Pasalnya uang tersebut adalah amanah dari masyrakat yang juga harus dinikmati oleh masyrakat dalam bentuk program pembangunan dan kebutuhan public.

Lebih lanjut Dedi mengatakan, dengan APBD 2016 yang mencapai Rp 2,2 triliun sebagai APBD terkecil di Jabar dirinya bisa membangun sejumlah fasilitas public dan mewujudkan keinggan masyrakat. Dan pada masa akhir kepemimpinan periode keduanya ini Dedi akan focus pada janji terakhirnya yakni membangun 15ribu Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dan membangun sarana pariwisata.

Sementara itu Anggota DPRD Jabar, Yomanius Untung, mengaku datang untuk mempelajari fostur anggaran Pemkab Purwakarta. Pasalnya Kabupaten Purwakarta terbebas dari penundaan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2016 dan pada tahun 2015 lalu serapan angggaran di kabupaten yang terkenal dengan sate maranggi itu mencapai 100 %.

"Dalam satu bulan Pemprov Jabar penundaan DAU-nya mencapai Rp 69 miliar. Dan itu berlaku mulai September, Oktober, dan November. Sehingga secara objek, wajar kalau kita belajar ke Bupati Purwakarta karena dearahnya tidak terkenan penundaan DAU," ungkap Untung.
\

 
(dnu/dnu)

Sumber : detik.com 

No comments:

Post a Comment