Friday, July 15, 2016

Dengan tenaga listrik 1 watt dapat dihasilkan ribuan watt cahaya. Mungkinkah?




Pertamyaan. Saya membeli lampu hemat energi (energy saver) Visicom Swabalast. Disitu dinyatakan bahwa electricity input 23 watt menghasilkan light output 125 watt.  Apakah itu bohong atau benar? Dari mana didapat penambahan energi itu?
Jawaban: Dapat bohong dapat benar, harus diuji. Pada dasarnya pernyataan itu mungkin sekali benar, sebab  lampu blit yang dicatu dgn daya 1 watt sanggup memancarkan cahaya ribuan watt. Anda jangan mencampur adukkan energi dengan daya. Dengan daya yang sangat kecil dapat dihasilkan energi sangat besar, demikian juga dengan energi yang sangat kecil dapat dihasilkan daya sangat besar.Dalam Fisika ada rumus Energi = daya x waktu. atau E = w.t.
Dengan rumus ini dapat dijelaskan fenomena lampu kilat (blitz).
1. Empat batery 1.5 volt DC yang disusun seri menghasilkan tegangan DC 6 vol.
2. Converter atau inverter merubah DC menjadi AC dengan frekensi tertentu.
3. Tegangan AC 6 volt dinaikan menjadi 220 volt dengan trafo.
4. Tegangan AC 220 volt disearahkan dengan dioda atau bridge menjadi DC 220 volt.
5. DC yang dayanya sangat kecil (sekitar 1 watt) ditimbun dalam capasitor sehingga menghasilkan energi listrik statis yang cukup besar.
6. Tabung “hampa” yang memiliki dua electroda, satu diantaranya ditempeli  logam yang mudah mengemisikan electron, dipasang diantara electroda capasitor, siap untuk “melucuti” muatan listrik yang tertimbun dalam capasitor.
7. Pada elektroda yang mudah mengemisikan elektron pada lampu blit dililitkan trigger yang dfihubungkan dengan spool yang sanggup menghasilkan tegangan DC sangat tinggi.
8. Tegangan trigger didapat dari coil sekunder yang terdiri dari ribuan lilitan halus yang terpasang satu inti dengan lilitan primer yang jumlahnya sangat sedikit.
9. Lilitan primer dihubungkan seri dengan condensartor kecil yang diisi lewat sebuah tahanan bernilai besar dan diparalelkan dengan kabel sinkron.
10. Saat kontak sinkron dihubungkan secara serentak dengan membukanya katup lensa, maka tegangan triger akan “menarik” elektron keluar dari electroda negatip tabung lampu dan elektron meloncat dari electrode negatip ke elektrode positip tabung. Terjadilah kilatan cahaya yang kekuatannya ribuah watt dalam sekejap.
Mengapa hal itu dapat terjadi dapat dijelaskan dengan rumus:  E = w.t.
1. Pada pengisian capasitor daya listrik(w) sangat kecil, tetapi karena waktu pengisian  (t) cukup besar maka E akan menjadi besar.
2. Pada saat pelucutan/discharge muatan listrik (elektron) lewat tabung lampu, t dibuat sangat kecil sehingga dapat menghasilkan w sangat besar (ingat w = E/t)
Lampu blitz dapat menyala berulang-ulang, tetapi agar dapat menyala (dengan sangat terang) maka dibutuhkan waktu pengisian condensator, Semakin kecil kondensator, semakin cepat pengisian, semakin pendek waktu pelucutan, semakin besar daya output cahaya.
Swabalas lebih sederhana dari blitz dan rugi-rugi dayanya sangat kecil karena seluruhnya dikerjakan dengan alat elektronik, namun pada dasarnya sama yaitu “menimbun” energi listrik dari daya listrik input yang sangat kecil dan melucutinya dalam waktu yang sangat singkat. hingga didapat output cahaya dengan daya besar..
Jika frekuensi pengisian dan pelucutan  rendah maka ouput/daya  cahaya akan semakin besar (karena kesempatan pengisian cukup lama dan pelucutannya sangat singkat), namun akan terjadi kerdipan (flicker). Agar tak terjadi kerdipan sekaligus mengurangi daya output cahaya, maka dipilih frekwensi sekitar 1000 Hz (bandingkan frequensi PLN adalah 50 Hz).
Dengan melumasi bagian dalam dari tabung TL dengan menggunakan  lapisan pospor yang berfungsi sebagai  “pembantu kestabilan energi cahaya” dan gass bertekanan sangat rendah untuk memberikan warna tertentu (Hg=putih, natrium=kuning dll/).  Lapisan pospor dan gas/uap Hg,natrium, tak penambahan energi melainkan menambah kestabilan(tak cepat padam) dan kepekaan mata terhadap cahaya tertentu hingga  sesuai dengan kebutuhan mata (misalnya warna yang sejut atau yang hangat).
Jadi: Lampu hemat energi yang anda beli mungkin  sekali tidak bohong, ini  dapat anda buktikan dengan membandingkan dengan lampu TL  konvernsional/ biasa yang menggunakan balast lilitan kawat tembaga  yang boros energi karena sebagian  energi listrik diubah menjadi panas pada balanst.
Kelebihan balast electronic/swabalst, karena frekwensi AC  50 Hz tegangan sinusoidal diubah menjadi sekitar 1000 Hz  tegangan “gergaji”, maka akan melipatkan daya output cahaya dab mengurangi flicker. Namun harus diingat,lampu yang daya outputnya berlebihan akan menyilaukan karena “suhu cahayanya” terlalu tinggi, sehingga memancarkan sinar ultra violet yang sangat  berbahaya bagi penglihatan.
Jangan berlebihan dalam berhemat energi  sehingga membahayakan kesehatan penglihatan, misalnya timbulnya flicker akibat rendahnya frekwensi pengisian agar input daya listrik lebih rendah (lebih hemat) dan kelebihan output cahaya karena energi yang dilucuti terlalu besar.
Berhati-hatilah dalam memilih lampu hemat energi.

Sumber dari https://akungibnu.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment