Seorang hacker mengklaim telah mengerjai
scammer yang berusaha menipu kedua orangtuanya. Hacker itu melakukan
infeksi virus balik ke penipu online tersebut.
Hal ini diungkap sang hacker, yang bernama Ivan Kwiatkowski, dalam
postingan di blognya. Dia mengatakan, penipu di dunia maya itu berusaha
memasukkan malware pemerasan (ransomware) ke dalam komputer kedua
orangtuanya.
Dikutip dari Business Insider, Kwiatkowski mengisahkan kala
itu orangtuanya sedang menyusuri dunia maya. Mereka tidak sengaja
berkunjung ke sebuah situs palsu. Situs tersebut langsung memberikan
peringatan jika komputer orang tua Kwiatkowski telah terinfeksi virus.
"Dalam notifikasi itu disebut jika komputer telah terinfeksi virus
bernama Zeus. Orangtua saya diarahkan untuk menghubungi Layanan
Pelanggan yang akan membantu menghilangkan virus tersebut dan semua
permasalahan yang ada di komputer itu," jelas Kwiatkowski.
Kwiatkowski, yang bekerja sebagai peneliti keamanan jaringan komputer
langsung curiga dengan penawaran ini. Dia pun meladeni dengan
menggunakan mesin virtual berbasis Windows XP dan menghubungi layanan
pelanggan itu.
Dia pun disarankan untuk menginstal sebuah aplikasi untuk
mengendalikan komputer dari jarak jauh. Aplikasi ini diklaim scammer itu
akan membantu mereka memperbaiki komputer. Ujung-ujungnya, scammer itu
meminta Kwiatkowski untuk membayar aplikasi tersebut.
Tiba waktunya Kwiatkowski membayar software itu melalui kartu kredit.
Kwiatkowski memberikan detail kartu kredit palsu. Si scammer pun
mengabarkan bahwa kartu kredit tersebut tidak bisa berfungsi. Sebagai
gantinya, Kwiatkowski diminta memfoto kartu kredit tersebut dan
mengirimkannya ke scammer.
Kwiatkowski pun mengirimkan file berbahaya yang telah berisi
ransomware. Dia menuliskan file itu dengan nama 'Photo (823).png.zip,
lalu mengirimkannya ke scammer tersebut.
Setelah mencoba berkali-kali, si scammer pun menyerah. Sepertinya
file berisi malware yang dikirim Kwiatkowski telah menginfeksi komputer
si scammer. Tidak ada lagi komunikasi dengan Kwiatkowski setelah itu.
"Scammers tidak punya waktu untuk memisahkan mana korban yang mudah
ditipu, mana yang tidak. Model bisnis mereka bergantung pada kenyataan
bahwa hanya orang-orang yang mudah ditipu yang akan meladeni. Sekarang
mereka telah mendapatkan ganjarannya lewat spam yang dikirimkan kembali
ke mereka. Dengan demikian beban kerja mereka akan meningkat dan
diharapkan akan kapok menipu," kata Kwiatkowski.
No comments:
Post a Comment